Kamis, 17 April 2014

DISTRIBUSI NORMAL, T, DAN F


DISTRIBUSI PELUANG
A.    Distribusi Binomial
Diperhatikan sebuah eksperimen yang hanya menghasilkan dua peristiwa A dan bukan A (ditulis), dimana P (A) = = peluang terjadinya peristiwa A. dilakukan percobaan sebanyak N kali secara independen, dimana X diantaranya menghasilkan peristiwa A dan sisannya (N-X) peristiwa.
Jika+ P(A) untuk tiap percobaan, 1- = P(A),
 maka peluang terjadinya peristiwa a sebanyak X =x kali diantara N, dihitung oleh:
P(x) = P(X=x) = ( x (1-∏) n-x
Dengan N! + 1x2x3x….. x(N-1)xN dan 0! = 1 (N! dibaca N faktorial) rumus tersebut merupakan koefisienbinomial
Rumus :     = N
                  σ =
dimana parameter ditinjau dari peristiwa A.
contoh :
1.      Peluang untuk mendapatkan 6 muka A, ketika melakukan undian dengan sebuah mata uang logam homogin sebanyak 10 kali adalah :
                  P (x=7) = ((1/2)4
                               = 0,2050
2.      Pada pelemparan sebuah mata uang logam yang homogen sebanyak 5 kali, ditentukan X = banyaknya G (gambar) yang muncul. Carilah P (X≤2)
Jawab :   =1/2, X = 5
               P(X≤2)   = P(X=0) = P(X=1) + P(X=2)
               P9X=0) = () (1/2) 0(1/2)5     = 0,0312
               P(X=1)   = () (1/2) 1(1/2)4
                              = 0,1562
               P(X=2)   = () (1/2) 2 (1/2)5
                              = 0,3125
               P(X≤2)   = 0,312 + 0,1562 + 0,3125 = 0,4993
B.     Distribusi Poisson
Pada dasarnya distribusi poisson merupakan perluasan dari distribusi binomial, dengan N cukup besar dan π cukup kecil


 
 
Rumus : P(X) = P (X=x) =
      Dimana :    x = 0, 2, ………. = banyaknya sukses
                        e          = 2,7183
                        λ = bilangan tetap = n π
                        n = banyaknya ulangan yang dilakukan
      distribusi poisson mempunyai parameter :
                        μ = λ   
                        σ =
     contoh : 
Jika peluang pengunjung yang pingsan saat melihat parade akibat terik matahari adalah 0,005 maka hitunglah peluang bahwa dari 3000 pengunjung parade tersebut, trdapat 18 orang yang pingsan akibat terik matahari.
      Jawab : π = 0,005  n = 3000
      λ = n π = 3000 (0,005) = 15
 
      x = 18
P(X) = P (X=x) =                       =  = 0,0706
C.    Distribusi Normal
Distribusi normal merupakan distribusi dengan variabel acak kentinu dan merupakan distribusi yang sangat dominan. Distribusi normal sering disebut sebagai distribusi Gauss.
Jika variabel acak kontinu mempunyai fungsi densitas pada X = x dengan persamaan :
F(x) =
Dimana : π = 3,1416
               e = 2,7183
               μ = parameter merupakan rata-rata untuk distribusi
               σ = parameter merupakan simpangan baku untuk distribusi
nilai x : - , maka dikatakan variabel acak X berdistribusi normal.
Apabila  = 1 dan = 0, maka diperoleh distribusi standar.
Fungsi identitasnya :
F(z) =
Untuk Z ; -  < Z <
Mengubah distribusi normal umum, menjadi distribusi normal standar dapat ditempuh dengan menggunakan transforamsi:
Z = ;
Dimana μ = rata-rata dan σ = deviasi standar
Untuk m = 0 dan s = 1
Kurva normal mempunyai sifat-sifat antara lain:
  1. bentuknya simetrik terhadap sumbu x = m
  2. grafiknya selalu ada di atas sumbu datar x
  3. grafiknya mendekati (berasimtutkan) sumbu datar x dimulai dari x = m - 3s kekanan sampai m + 3s
  4. mempunyai satu modus, jadi kurga unimodal, tercapai pada x = m sebesar
  5. luas daerah grafik selalu sama dengan satu unit persegi hubungan sifat yang kelima dengan rumus:
f (x) = , adalah:
. Untuk menentukan peluang harga X antara a dan b, yakni P (a < X < b), digunakan rumus:
P (a < X < b) = dk, untuk penggunaan rumus ini tak perlu dipakai, karena telah ada daftar yang dimaksudkan.
Setelah kita memiliki distribusi normal baku yang di dapat dari distribusi normal umum dengan transformasi, maka daftar distribusi normal baku dapag digunakan. Dengan daftar ini, bagian-bagian luas dari distribusi normal baku dapat dicari. Caranya adalah:
  1. hitung Z hingga dua desimal
  2. gambarkan kurvanya
  3. letakkan harga Z pada sumbu datar, lalu tarik garis vertikal hingga memotong kurva.
  4. luas yang tertera dalam daftar adalah luas daerah antara garis ini dengan garis tegak dititik nol.
  5. dalam daftar, cari tempat harga Z pada kolom paling kiri hanya hingga satu desimal dan desimal keduanya dicari pada baris paling atas.
  6. dari Z di kolom kiri maju kekanan dan dari Z di baris atas turun ke bawah, maka didapat bilangan yang merupakan luas yang dicari.
Bilangan yang di dapat ditulis dalam bentuk 0, xxxx (empat desimal) karena seluruh luas = 1 dan kurva simetrik terhadap m = 0, maka luas dari garis tetak pada titik nol kekiri ataupun kekanan adalah 0,5.
Contoh:
Penggunaan daftar normal baku.
Akan dicari luas daerah:
  1. antara z = 0 dan z = 2,26
Di baah Z pada kolom kiri cari 2,2 dan di atas sekali angka 6. Dari 2,2 mamu ke kanan dan dari 6 menurut didapat 4881 luas daerah yang dicari 0,4881        
  1. antara z = 0 dan z = -2,26           
Di bawah Z pada kolom kiri cari 2,2 dan diatas sekali angka 6. dari 2,2 maju ke kanan dan dari 6 menurun di dapat 4881 luas daerah yang dicari 0,4881
  1. anara z = -1,50 dan z = 1,26 dari grafik terlihat kita perlu mencari luas daerah dua kali, lalu dijumlahkan dengan cara seperti no. 1
untuk z = 1,5 didapat 0,4332
untuk z  = 1,26 didapat 0,3962
jumlah = luas yang dicari  = 0,8294
  1. Berat bayi yang baru lahir rata-rata 3.750 gram dengan simpangan baku 325 gram. Jika berat bayi berdistribusi normal, maka tentukan:
a.       ada berapa bayi yang beratnya lebih dari 4500 gram?
b.      Ada berapa bayi yang beratnya antara 3500 gram dan 4500 gram, jika semua ada 10.0000 bayi?
c.       Berapa bayi yang beratnya lebih kecil  atau sama dengan 40000 gram, jika semuanya ada 10.000 bayi
d.      Ada berapa bayi yang beratnya 4250 gram jika semuanya ada5000 bayi?
Penyelesaian:
Dengan X = berat bayi dalam gram, m =rerata berat bayi dalam gram, m = 3750 gram, s = 325 gram,  maka:
a.       untuk X = 4500
Z =  
gram, pada grafiknya ada di sebelah kanan z = 2,31 luasnya
0,4896 , luas daerah lebih besar 2,31 luas daerah ini
= 0,5 – 0,4896 = 0,0104. jika ada 1.04% dari bayi yang beratnya lebih dari 4500 gram
b.      dengan X = 3500 dan 4500 gram di dapat Z = dan Z = 2,31
Luas daerah yang dibatasi anara --0,77 sampai 2,31 adalah jumlah dari 0,2794 dengan 0,4896 = 0,7690.
Banyaknya bayi yang beratnya antara 3500 gram sampai 4500 gram adalah = 0,7690 x 10000 =7690
c.       Bayi yang beratnya lebih kecil atua sama dengan 4000 gram, maka beratnya harus lebih kecil dari 4000,0 gram Z =  peluang bayi yang lebih kecil atau sama dengan 4000 gram = 0,5 – 0,2794 = 0,2206 banyaknya bayi  = (0,2206) x 10,000 = 2,206
d.      Berat 4250 gram berarti berat antara  4249,5 gram dan  4250,5 gram.
Jadi untuk X = 4249,5 dan X = 4250,5 didapat:
Z =
Z =
Maka luas daerahnya adalah 0,4382 – 04370 = 0,0012
Banyaknya bayi  = 0.0012 x 5000 = 6
D.    Distribusi Student (t)
Distribusi dengan variabel acak kontinu lainnya, selain dari distribusi normal, ialah distribusi student atau distribusi t.
Rumus : t =
Dimana:
 = Rata-rata sampel
m    = rata-rata populasi
s       = simpang baku, populasi
Maka di dapat distribusi harga t dengan persamaan:
f (t) =
dimana:
K                  =    merupakan bilangan tetap yang besarnya bergantung pada n sedemikian hingga luas daerah di bawah kurwa sama dengan satu unit.
(n – 1) = m    =    derajat kebebasan, biasa disingkat dengan dk
Bentuk grafiknya seperti distribusi normal baku simetrik terhadap t = 0, sehingga sempitas lalu hampir tak ada bedanya. Untuk harga n yang besar, biasanya > 30, distribusi t mendekati distribusi normal.
Untuk perhitungan-perhitungan, daftar distribusi t sudah disusun dalam daftar. Distribusi ini ditemukan oleh Gosse t yang menggunakan nama samaran “student”
Contoh:
Untuk n = 20, tentukan t supaya luas daerah antara t dengan t = 0,9.
Dari grafik dapat dilihat bahwa luas luas ujung kiri dan luas ujung kanan = 1-0,90 = 0,10
Kedua ujung luasnya sama, mulai dari t kekanan luasnya = 0,05, mulai dari t kekiri luasnya = 1-0,05 = 0,95.
Jadi untuk m= n-1 = 20 – 1 = 19 dan P = 0,95 didapat harga t = 1,73
Jadi antara t = -1,73 dan t = 1,73 luasnya = 0,90
E.     Distribusi Chi Kuadrat (χ2)
Distribusi chi kuadrat merupakan distribusi dengan variabel acak kontinu. Simbul yang dipakai ialah χ2.
apabila besar sampel n dan varians s2, maka :  χ2 =  dan didapat distribusi sampling χ2  untuk memudahkan menulis, dan harga u > 0, v = (n-1) = derajat kebebasam K bilangan tetap yang bergantung pada v, sedemikian sehingga luas daeah di bawah kurva sama dengan satu satuan luas dan e = 2,7183.
Grafik distribusi x2 umumnya merupakan kurva positif yaitu miring kekanan, makin berkurang kemiringannya jika v makin besar.
Contoh: Gambar di bawah distribusi x2 dengan n = 10
a.       Luas daerah yang diarsir sebalah kanak = 0,025, hitung X12
b.      Luas daerah yang diarsir sebelah kiri = 0,05, hitung X12
Jawab:
a.       v = (n-1) = 10 – 1 = 9; P = 1 – 0,25 = 0,975, dicari pada tabel di dapat X21 = 19,0
b.      v = (n – 1) = 10 – 1 = 9; P = 1 – 0,05 = 0,95 dicari pada tabel  didapat X12
Catatan :
Karena distribusi X22 tidak simetrik, luas ujung-ujung daerah yang diarsir bila diketahui jumlahnya, maka luas daerah ujung kiri yang diarsir dan luas daerah ujung kanan harganya dapat berbeda-beda.
Dalam beberapa hal, kecuali dinyatakan lain, biasa diambil luas daerah ujung kanan yang diarsir sama dengan luas daerah ujung kiri yang diarsir.
F.     Distribusi F
Jika S12 dan S22 adalah varian-varians dari sampel-sampel acak independen dengan besar berturut-turut n1 dan n2 yang berasal dari populasi-populasi normal dengan varians-varians s12 dan s22, maka distribusi sampling harga S12/ S22 berbentuk distribusi F dengan derajat kebebasan: dk1 = v1 = n1 – 1; dk2; v2 = n2 – 1, Distribusi F ini juga mempunyai variabel acak yang kontinu.
Fungsi densitasnya mempunyai persamaan:
f (F) = K 
dengan variabel acak F memenuhi batas F > 0, K = bilangan tetap yang harganya bergantung pada v1 dan v2, sedemikian hingga luas di bawah kurva sama dengan satu. Kurva distribusi F tidak simetrik dan umumnya sedikit positif.
Tabel distribusi F terdapat pada lampiran, daftar tersebut berisikan nilai-nilai F untuk peluang 0,01 dan 0,05 dengan dk v1 dan v2. Peluang ini sama dengan luas daerah ujung kanan yang diarsir, sedangkan dk = v1 ada pada baris paling atas dan dk = v2 pada kolom paling kiri untuk stiap pasang dk v1  dan v2.
Daftar berisikan harga-harga F dengan kedua luas daerah ini (0,01 atau 0,05). Untuk tiap dk = v2, daftar terdiri atas dua baris yang atas untuk peluang P = 0,05 dan yang bawah untuk P = 0,01.
Contoh:
Untuk pasangan dk, v1 = 8 dan v2 = 29 ditulis juga (v1, v2) = 8,29), maka untuk P = 0,5 didapat F = 2,28 dan 3,20 untuk P = 0,01.
Meskipun daftar yang diberikan hanya untuk peluang P = 0,01 dan P = 0,05, tetapi sebenarnya masih bisa didapat nilai-nilai F dengan peluang 0,99 dan 0,95 digunakan hubungan:
F(1-P) (v1, v2) =
Dalam rumus di atas perhatikan antara P dan 1-P dan pertukaran antara dk (v1, v2) menjadi (v1, v2)
Contoh:
Telah didapat F0,05(8,29) = 2,28


Maka F0,095 (8,29) =
Telah didapat F0,01 (29,8)  = 3,20
Maka F0,099(29,8) =
Sumber :
Irianto, Agus. 2008.
Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.
Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik
. Jakarta: Bumi Aksara.
Riduwan. Dasar-Dasar Statistika.2005. Bandung : Alfabeta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika edisi ke 6. Bandung: Tarsito.
Tedjo N Raksonoatmodjo. 2009. Statistika Teknik.Jakarta : Refilka Aditama

MOMEN KEMIRINGAN DAN KURTOSIS


  1. Momen
             Misal diketahui variabel  X dengan harga X1, X2, X3 . . . .   Xn. Jika A sebuah bilangan tetap dan r = 0, 1, 2, 3,      maka momen di sekitar A disingkat m’r didefinisikan oleh
Dengan

n =
,
Xi
= tanda kelas interval dan fi = frekuensi yang sesuai dengan Xi.
Dengan menggunakan cara coding, rumusnya:
m’r =
, P = Panjang kelas, C = Variabel koding.
Dari m’r harga-harga mr dapat ditentukan berdasarkan hubungan:
m2 = m2’ – (m1’)2
m3 = m3’ – 3m1’ + m2 + 2(m1’)3
m4 = m4’ – 4m1’ + 6 (m1’) m2 – 3 (m1’)
Untuk menghitung momen disekitar rata-rata, untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, kita lakukan sebagai berikut:
TABLE  5.1: Table pembantu untuk mencari m
Data
f1
Ci
f1Ci
f1C12
f1C13
f1C14
60 – 63
64 – 67
68 – 71
72 – 75
76 – 70
5
18
42
27
8
-2
-1
0
1
2
-10
-18
0
27
16
20
18
0
37
42
-40
-18
0
27
64
80
18
0
27
128
Jumlah
100
15
97
35
253
Dapat dihitung:
m1 =






m2 =
 

m3 =
m4 =
 
Sehingga dengan menggunakan hubungan di atas:
m2 = m2’ – (m1’)2 = 15,52 – 0,36 = 15,16
m3 = m3’ – 3m1’ m2’ + 2(m1’)3 = 5,28 – 3x0,6x15,52 +2x (0,6) = 21,456
m4 = m4’ – 4m1’ m3’ + 6 (m1’)2 (m2’)...........
=  40,48 – 4x0,6 x 5,28 + 6 x 0,6        2x15,52 – 3x0,42
= 60,9424
Jadi Varian S2 = m2 = 15,16
  1. Kemiringan
Kita sudah mengenal kurva halus atau model yang bentuknya bisa positif, negatif atau simetrik. Model positif terjadi bila kurvanya mempunyai ekor yang memanjang ke sebelah kanan. Sebaliknya, jika ekornya memanjang ke sebelah kiri didapat model negatif. Dalam kedua hal terjadi sifat taksimetri sebuah model, digunakan ukuran kemiringan yang ditentukan oleh :
Kemiringan  =
Rata-rata - Modus
Simpangan Baku
Rumus empirik untuk kemiringan, adalah :
Kemiringan   =
3 (Rata-rata - Modus)
Simpangan Baku
Rumus-rumus berturut-turut dinamakan koefisien kemiringan pearson tipe pertama dan kedua.
Kita katakan model positif jika kemiringan positif, negatif jika kemiringan negatif dan simetrik jika kemiringan sama dengan nol.
Contoh :  Data nilai ujian 80 mahasiswa telah menghasilkan rata-rata 76,62; Me = 77,3;                       Mo = 77,17 dan simpangan baku s = 13,07.
Kemiringan  =
76,62 - 77,17
= -0,04
13,07
                 
                       
Karena kemiringan negatif dan dekat kepada nol maka modelnya sedikit                miring ke kiri.
C.     KURTOSIS
Kurtosis adalah Ukuran kelancipan distribusi data dimanadistribusi normal sebagai pembanding.
Kurva distribusi normal, yang tidak terlalu rucing atau tidak terlalu datar. Dinamakan mesokurtik, kurva yang runcing dinamakan leptokurtik sedangkan yang datar disebut platikurtik.
Salah satu ukuran kurtosis ialah koefisien kurtosis, diberi simbol a4, ditentukan dengan rumus a4 = (m4/m)
Kriteria yang didapat dari rumus ini ialah:
a) a4 = 3    à        Distribusi normal
b) a4 > 3    à        Distribusi yagn leptokurtik
c) a4 < 3     à        Distribusi yang platikurtik
Untuk mengetahui apakah distribusi normal atau tidak sering pula dipakai koefisien kurtosis persentil, diberi simbul:
κ =
SK = rentang semi antar kuartil
K3 = kuartik ketiga
K1 = kuartil kedua
P10 = persentil kesepuluh
P90 = persentil ke 90
Untuk distribusi normal, harga κ  = 0,263
Untuk contoh di atas telah di dapat m4 = 60,9424, sedangkan m = 15,17 sehingga besarnya koefisien kurtosis a4 = (m4/m ) = 60,9424/229,8256 = 0,265, ini kurang dari 3, jadi kurvanya cenderung aman platikurtik.
Contoh: data nilai ujian Fisika dasar dari 80 mahasiswa, akan kita cari koefisien kurtosis persentil besarnya:
κ =
Dimana K1 dan K3 telah kita hitung; K1 = 81,676 dan K3 = 61,75, adapun datanya telah disusun dalam daftar sebagai berikut:
No
Nilai Ujian
Fi
1
2
3
4
5
6
7
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 – 100
3
5
10
16
24
17
5
Jumlah
80
Dengan menggunakan rumus Pi = b + P dimana P = panjang kelas dapat dihitung P10 dan P90.
P10 akan terletak pada data ke , yaitu pada kelas interval ke 2 sehingga b = 40,5, P = 10; F = 3 f = 5
P10 = 40,5 + 10 = 50,5
P90 akan terletak pada data ke , yaitu pada kelas interval keenam, sehingga b = 80,5, P = 10, F = 8, f = 17
P90 = 80,5 + 10 = 81,32